mejapoker88

mejapoker88

Jumat, 10 Juli 2015

Kisah Seorang Pemuda Yang Ngeseks Dengan Perempuan Jasa Pijat

Poker Uang Asli - Selamat datang di hotnew88.blogspot.com , kali ini kami akan memberikan cerita dewasa yang mudah-mudahan akan menghibur bos-bos yang udah mampir kesini. yukk sama-sama kita simak kilasan berita di bawah ini :



Poker Online - Jakarta yang pada saat itu sedang panas sekali telah membuatku kegerahan, pada saat itu aku sedang didalam angkutan umum ingin pergi kekantor. Ketika aku hampir sampai ke kantorku ya kurang lebih 100 meter lagi sampai. Akan tetapi aku masih ingin berada didalam angkot ini, karena angin yang masuk dari luar dan aku saat itu masih ada waktu untuk masuk ke kantor kurang lebih 2jam lagi, soalnya kerjaan untuk hari ini sudah aku selesaikan kemarin. Pikirku dari pada tidak ngapa-ngapain lebih baik aku mencoba untuk relax sebentar, karena pekerjaan yang begitu banyak sama seperti merangsangnya seorang wanita dewasa yang berkeringat dilehernya yang aromanya tercium. Aroma seorang wanita, baunya memang sedikit berbeda, tapi mampu membuat aku berjuang untuk menerawang hingga jauh kedalam yang belum pernah ia rasakan. Agen poker ,
"Dik.., jangan dibuka terlalu lebar nanti saya bisa masuk angin" kata seorang wanita setengah baya di depanku dengan lembut. pada saat itu aku tersentak, masih melongo. "itu jendelanya dirapetin sedikit." katanya lagi."yang ini.?"jawabku "iya yang itu." Ya ampun, aku terus membayangkan suara itu saat berbisik ditelingaku saat di atas ranjang yang putih. Keringatnya itu meleleh seperti yang kulihat sekarang dan napasnya tersenggal. Seperti yang kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengerjar angkot ini sekedar untuk dapat sedikit tempat untuk duduk. "Terimakasih," mengatakan pelan. Aku sebenarnya ingin ingin ada bahan untu bisa mengobrol dengannya, sampai tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang saat itu terbuka cukup lebar sehingga terlihat belahannya. "Saya juga juga tidak suka angin yang terlalu kencang. namun saya kegerahan." keluar begitu saja kata-kata itu.Aku belum pernah berani bicara begini, diangkutan umum berdua dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka apa lagi di tambah keringatnya yang membasahi leher hingga belahan dadanya itu. Karena aku terbuai dengan belahan dadanya, dy pun melengos. Sial, lalu dy membuka tabloit. Sialnya lagi, aku tidak dapat memandangi belahan dadanya itu lagi. Ternyata kantorku sudah lewat dan aku pun masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk didepan aku, Masih menutupi dadanya dengan tabloit. Tidak lama kemudian dy pun mengetuk-ngetuk langit-langit dan sopir pun menghentikan mobilnya persis didepan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Mobil bergerak pelan, dan aku masih melihat kearah dy untuk memastikan kemana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Lalu ia tersenyum menantang dengan matanya genit sambil mendekati pintu salon. ia kerja disana? atau hanya gunting? atau crembath? atau ahhk gak tau lah. Poker Uang Asli,
Matanya seolah mengajak. Bersamaan ketika masuk kemobil lain di blakang angkot. tiba-tiba dadaku berdegup kencang. "Bang,bang kiri bang.!" semua mata penumpang disitu tertuju kepadaku. mungkin saking gugupnya suaraku menjadi kencang sampai mereka terganggu. lalu ada yang berbicara kepada saya "pelan-pelan bisakan suaranya dek" sangsupir mengoceh sambil memberikan kembaliannya. Aku berbalik lalu berjalan sangat cepat, dengan penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes..... Akhirnya, namun tiba-tiba keberanianku hilang. lalu apa katanya nanti? apa yang harus aku katakan, lho tadi kedip-kedipan mata, maksudnya apa? tiba-tiba jari tanganku dingin semua. Dan wajahku memerah, Lho, salon kan tempat umum, jadi semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat, come on lets go! dalam hatiku bicara dan bersemangat lagi. Pintu salon terbuka "selamat siang mas" kata seorang penjaga salonnya, "mau potong, crembath, facial atau massage (pijit)..?" lalu aku menjawab "Massage boleh". Lalu aku diantar kesebuah ruangan. Ada sekat-sekatnya tapi tidak tertutup penuh. Tapi sejak pertama masuk tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. "kemana dy?" pikirku. Atau jangan-jangan dia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah, shit! Aku tertipu, tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membawaku ke 'alam' lain. Dulu aku paling anti masuk salon, kalau tidak potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. ahh, wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku. "buka bajunya, celananya juga." ucap wanita tadi manja menggoda, "nih pake celana ini" aku disodorkan celana pantai tapi itu lebih pendek lagi. Bahannya tipis banget, tapi wanginya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja, membuka celana dan bajuku lalu mengantungnya di kapstok. ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejar melempar celana pijitnya, aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. hanya sedikit saja aku buka halaman depanya. "Tunggu ya..!" kata wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku. "Mbak Wien.. Udah ada pasien tuh," katanya dari ruangan sebelah. Poker terpercaya.



Aku jelas mendengarnya dari sini. Kembali ruangan sepi, hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan. Lalu langkah sepatu hak tinggi terdengar olehku, pletak pletok pletak pletok. Makin lama makin jelas terdengar. Dadaku pun mulai berdegup lagi. Wajahku pun mulai memanas dan jari tangan mulai dingin. Aku semakin memendamkan wajah diatas tulisan majalah tersebut. "Halo.." suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi, suara yang pernah kudengar, itu kan suara yang meminta aku menutup pintu kaca angkot. Dadaku berguncang haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak kesana kemari di ruangan sempit itu. betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam, aku tidak ingat motifnya. hanya tau warnanya saja. "mau dipijat atau mau baca" katanya dengan ramah sambil mengambil majalah dari hadapan aku. "Ayo tengkurep" tangannya mulai mengoleskan Cream ke atas punggungku. Aku tersenyum, tangannya halus, dingin. Aku kegelian menikmati tangannya menari di atas kulit punggungku. Lalu pijatan turun kebawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor senghingga pinggulku tersentuh. Ia mulai menekan-nekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasi yang WOW..! sekarang ia pindah ke bagian paha, sedikit berani ia masukan tangan nya ke selangkanganku. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya, tapi belum lama ia pindah kebetis. "balik badannya" dia meminta. Lalu aku membalikan badan lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain menghindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuh kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. dari perut turun kepaha.



 Ah.. selangkanganku disentuhnya lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai. ia berlalu keruangan sebelah setelah membereskan cream, aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream dan kubuka celana pantai. Astaga ada cairan putih di celana dalamku. Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan, paginya dari rumah aku menghitung waktu. Berharap kejadian itu terulang lagi. Jam berapa aku berangkat. Jam berapa aku harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial, aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayangkan olehku. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi kerumah tante Wanti,. Bayar arisan, tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari esok kan, aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju, angin masuk begitu kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu. "mas tut" hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya itu yang kali ini karena mendung tidak lagi ada kringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya, aku tersenyum ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah marahnya. "kayak kemarinlah.." Ujar sambil mengangkat tabloit menutupi wajahnya. dalam hati saya begitu kebetulankah semua ini? Keberuntungan untukku kah? Atau malah kesialan, karena ia masih mengangkat tabloit dan menutupi wajahnya, aku kira kau sudah terlambat untuk bisa bertemu dan satu angkot dengan dia. Atau jangan-jangan dia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal telah mengutuk ibu ketika pergi, paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruhku bayar arisan. "mbak Wien.." gumamku dalam hati. Perlu aku tergur apa tidak ya? Lalu ngomong apa? Lha wong mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah turun, aku masih termangu. turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. dari atas turun ke bawah. ternyata tidak. aku penasaran aku hitung lagi dari bawah naik ke atas masih tidak juga. Aku hitung lagi dari atas sampai bawah setelah kancing kuhitung habis. lalu aku ada ide dan menghitung kancing bagian lengan juga, Kemudian aku akhirnya turun dan masuk kembali kedalam salon itu dan di sambut lagi oleh mbak yang kemarin "selamat datang" mau gunting, crembath, facial atau massage" aku jawab massage, dan benar ternyata aku di pijit sama mbak Wien lagi, kali ini aku akan beraksi, saat ia meraba keselangkanganku aku kontan langsung memegang dadanya dan sambil terengah ngajakin mbak Wien ML ternyata Mbak Wien pun tidak marah dan akhirnya kubuka bagian atasnya dan mulai melakukan foreplay. Tidak lama kemudian Mbak Wien merabah si otong (titit) dan mulai mengisap si otong, tidak lama kemudian aku menjilati vagina mbak Wien lalu mbak Wien meringis-ringis akbiat aku jilat terangsang. Dan mbak Wien pun tidak tahan ia memasukan otong ke dalam vaginanya lalu kami bercumbu. Hal itu tidak akan pernah terlupakan buat saya. Poker Online.




--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI SITUS KAMI

Kami dari Agen Poker Uang Asli , mengajak bos semua untuk bergabung bersama di situ kami dan menangkan JACKPOT tertinggi, dan juga bos bisa menjadi bandar dalam permainan kartu ceme & Qkick. Di jamin aman dan terpercaya 100%.

Contac Person

BBM: 26646C73
SMS: +66924734194
YAHOO: cstaruhankita@yahoo.com
                taruhankitacs@yahoo.com


1 komentar: