KISAH SEKS ML DI KAMPUS
MejaPoker88 - Sebuah cerita hot,
kisah seks ML di kampus. Karena nafsu birahi sangat kuat, sehingga
membutakan kedua mahasiswa ini yang akhirnya berhubungan seks di sebuah
tempat diareal kampusnya sendiri. Simak cerita lengkapnya berikut ini!
Sore itu aku baru pulang dari rumah
temanku. Karena perjalanan pulang melewati kampusku, maka sekalian aku
menyempatkan diri untuk mampir ke sana dengan tujuan melihat nilai
UTS-ku dan mencatat jadwal SP (Semester Pendek). Kumasuki halaman kampus
dan kuparkirkan sepeda motor Tornado GX-ku. Saat itu waktu telah
menunjukkan jam 17.35, di tempat parkir pun hanya terlihat 3-4
kendaraan. Aku segera memasuki gedung fakultasku, di sana lorong-lorong
sudah gelap hanya diterangi beberapa lampu downlight, sehingga
suasananya remang-remang, terkadang timbul perasaan ngeri di gedung tua
itu sepertinya hanya aku sendirian, bahkan suara, langkah kakiku menaiki
tangga pun menggema. Akhirnya sampai juga aku di tingkat 4 dimana
pengumuman hasil ujian dan jadwal SP dipasang.
Ketika aku sedang melihat hasil UTS-ku
dari lantai bawah sekonyong-konyomg terdengar langkah pelan yang menuju
ke sini. Sadar atau tidak kurasakan bulu kudukku berdiri dan
membayangkan makhluk apa yang nantinya akan muncul. Ah konyol, kubuang
pikiran itu jauh-jauh, hantu mana mungkin terdengar bunyi langkahnya.
Suara langkah itu makin mendekat dan akhirnya kulihat sosoknya, oohh,
ternyata lain dari yang kubayangkan, yang muncul ternyata seorang gadis
cantik. Aku pun mengenalnya walaupun tidak kenal dekat, dia adalah
mahasiswi yang pernah sekelas denganku dalam salah satu mata kuliah,
namanya Yuli, orangnya tinggi langsing, pahanya jenjang dan mulus, buah
dadanya pun membusung indah, kuperkirakan ukurannya 34B, dipercantik
dengan rambut panjang kemerahan yang dikuncir ke belakang dan wajah oval
yang putih mulus. Dia juga termasuk salah satu bunga kampus.
“Hai.. sore, mau lihat nilai ya?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya, kamu juga ya?” jawabnya dengan tersenyum manis.
Aku lalu meneruskan mencatat jadwal SP, sementara dia sedang mencari-cari NRP dan melihat hasil ujiannya.
“Sori, boleh pinjam bolpoin dan kertas? gua mau catat jadwal nih,” tanyanya.
“Ooo, boleh, boleh gua juga udah selesai kok,” aku lalu memberikannya secarik kertas dan bolpoinku.
“Eh, omong-omong kamu kok baru datang sekarang malam-malam gini, nggak takut gedungnya udah gelap gini?” tanyaku.
“Iya, sekalian lewat aja kok, jadi mampir ke sini, kamu sendiri juga kok datang jam segini?”
“Sama nih, gua juga baru pulang dari teman dan lewat sini, jadi biar sekali jalanlah.”
Kami pun mulai mengobrol, dan obrolan
kami makin melebar dan semakin akrab. Hingga kini belum ada seorang pun
yang terlihat di tempat kami sehingga mulai timbul pikiran kotorku
terlebih lagi hanya ada sepasang pria dan wanita dalam tempat
remang-remang. Aku mulai merasakan senjataku menggeliat dan mengeras.
Kupandangi wajah cantiknya, wajah kami saling menatap dan tanpa sadar
wajahku makin mendekati wajahnya. Ketika semakin dekat tiba-tiba
wajahnya maju menyambutku sehingga bibir kami sekarang saling
berpagutan. Tanganku pun mulai melingkari pinggangnya yang ramping.
Sekarang mulutnya mulai membuka dan lidah kami saling beradu, rupanya
dia cukup ahli juga dalam berciuman, nampaknya ini bukan pertama kalinya
dia melakukannya. Wangi parfum dan desah nafasnya yang sudah tidak
beraturan meningkatkan gairahku untuk berbuat lebih jauh, tanganku kini
mulai turun meremas-remas pantatnya yang montok dan berisi, dia juga
membalasnya dengan melepas kancing kemejaku satu persatu. Tiba-tiba aku
sadar sedang di tempat yang salah, segera kulepas ciumanku.
“Jangan di sini, gua tau tempat aman, ayo ikut gua!”
Kuajak dia ke lantai 3, kami menelusuri koridor yang remang-remang itu
menuju ke sebuah ruangan kosong bekas ruangan mahasiswa pecinta alam,
sejak team pecinta alam pindah ke ruang lain yang lebih besar ruangan
ini dikosongkan hanya untuk menyimpan peralatan bekas dan sering tidak
dikunci. Kubuka pintu dan kutekan saklar di tembok, ruangan itu hampir
tidak ada apa-apa, hanya sebuah meja dan kursi kayu jati yang
sandarannya sudah bengkok, beberapa perkakas usang, dan sebuah matras
bekas yang berlubang.
Segera setelah tombol kunci kutekan,
kudekap tubuhnya yang sedang bersandar di tepi meja. Sambil berciuman
tangan kami saling melucuti pakaian masing-masing. Setelah kulepas tank
top dan branya, kulihat tubuh putih mulus dengan payudara kencang dan
putingnya yang kemerahan. Saat itu aku dan dia sudah topless tinggal
memakai celana panjang saja. Kuarahkan mulutku ke dada kanannya
sementara tanganku melepas kancing celananya lalu mulai menyusup ke
balik celana itu. Kurasakan kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus
dan sudah becek oleh cairan kenikmatan. Puting yang sudah menegang itu
kusapu dengan permukaan kasar lidahku hingga dia menggelinjang-gelinjang
disertai desahan. Dengan jari telunjuk dan jari manis kurenggangkan
bibir kemaluannya dan jari tengahku kumainkan di bibir dan dalam lubang
itu membuat desahannya bertambah hebat sambil menarik-narik rambutku.
Akhirnya dengan perlahan-lahan
kuturunkan celana beserta celana dalamnya hingga lepas. Kubuka resleting
celanaku lalu kuturunkan CD-ku sehingga menyembullah senjata yang dari
tadi sudah mengeras itu. Tangannya turut membimbing senjataku memasuki
liang vaginanya, setelah masuk sebagian kusentakkan badanku ke depan
sehingga dia menjerit kecil. Aku mulai menggerakkan badanku maju mundur,
semakin lama frekuensinya semakin cepat sehingga dia mengerang-erang
keenakan, tanganku sibuk meremas-remas payudara montoknya, dan lidahku
menjilati leher dan telinganya. Aku terus mendesaknya dengan
dorongan-dorongan badanku, hingga akhirnya aku merasakan tangannya yang
melingkari leherku makin erat serta jepitan kedua pahanya mengencang.
Saat itu gerakanku makin kupercepat, erangannya pun bertambah dahsyat
sampai diakhiri dengan jeritan kecil, bersamaan dengan itu kurasakan
pula cairan hangat menyelubungi senjataku dan spermaku mulai mengalir di
dalam rahimnya. Kami menikmati klimaks pertama ini dengan saling
berpelukan dan bercumbu mesra.
Tiba-tihba terdengar suara kunci dibuka
dan gagang pintu diputar, pintu pun terbuka, ternyata yang masuk adalah
Pak Ayip, kepala karyawan gedung ini yang juga memegang kunci ruangan,
orangnya berumur 50-an keatas, rambutnya sudah agak beruban, namun
badannya masih gagah. Kami kaget karena kehadirannya, aku segera
menaikkan celanaku yang sudah merosot, Yuli berlindung di belakang
badanku untuk menutupi tubuh telanjangnya.
“Wah, wah, wah saya pikir ada maling di
sini, eh.. ternyata ada sepasang kekasih lagi berasik ria!” katanya
sambil berkacak pinggang.
“Maaf Pak, kita memang salah, tolong Pak jangan bilang sama siapa-siapa tentang hal ini,” kataku terbata-bata.
“Hmm.. baik saya pasti akan jaga rahasia ini kok, asal..”
“Asal apa Pak?” tanyaku.
Orang tua itu menutup pintu dan berjalan mendekati kami.
“sal saya boleh ikut merasakan si Mak ini, he.. he.. he..!” katanya sambil terus mendekati kami dengan senyum mengerikan.
Dengan wajah pucat Yuli berjalan mundur
sambil menutupi dada dan kemaluannya untuk menghindar, namun dia
terdesak di sudut ruangan. Kesempatan itu segera dipakai Pak Ayip untuk
mendekap tubuh Yuli. Dia langsung memegangi kedua pergelangan tangan
Yuli dan mengangkatnya ke atas. “Ahh.. jangan gitu Pak, lepasin saya
atau.. eemmhh..!” belum sempat Yuli melanjutkan perkataannya, Pak Ayip
sudah melumat bibirnya dengan ganas. Sekarang Yuli sudah mulai berhenti
meronta sehingga tangan Pak Ayip sudah mulai melepaskan pegangannya dan
perlahan-lahan mulai turun ke payudara kanan Yuli lalu meremas-remasnya
dengan gemas. Entah mengapa daritadi aku hanya diam saja tanpa berbuat
apa-apa selain bengong menonton adegan panas itu, sangat kontas
nampaknya Yuli yang berparas cantik itu sedang digerayangi oleh Pak Ayip
yang tua dan bopengan itu, seperti beauty and the beast saja, dalam
hati berkata, “Dasar bandot tua, sudah ganggu acara orang masih minta
bagian pula.”
Ciuman Pak Ayip pada bibir Yuli kini
mulai merambat turun ke lehernya, dijilatinya leher jenjang Yuli
kemudian dia mulai menciumi payudara Yuli sambil tangannya mengobok-obok
liang vagina Yuli. Diperlakukan seperti itu Yuli sudah tidak bisa
apa-apa lagi, hanya pasrah sambil mendesah-desah, “Pak.. aakhh..
jangan.. eemmhh.. sudah Pak!” Setelah puas “menyusu” Pak Ayip mulai
menjelajahi tubuh bagian bawah Yuli dengan jilatan dan ciumannya.
Setelah mengambil posisi berjongkok Pak Ayip mengaitkan kaki kanan Yuli
di bahunya dan mengarahkan mulutnya untuk mencium kemaluan yang sudah
basah itu sambil sesekali menusukan jarinya. Sementara Pak Ayip
mengerjai bagian bawah, aku melumat bibirnya dan meremas buah dadanya
yang montok itu, putingnya yang sudah tegang itu kupencet dan kupuntir.
Masih tampak jelas warna kemerahan bekas
gigitan dan sisa-sisa ludah pada payudara kirinya yang tadi menjadi
bulan-bulanan Pak Ayip. Tak lama kemudian kurasakan dia mencengkram
lenganku dengan keras dan nafasnya makin memburu, ciumannya pun makin
dalam. Rupanya dia mencapai orgasme karena oral seks-nya Pak Ayip dan
kulihat Pak Ayip juga sedang asyik menghisap cairan yang keluar dari
liang senggamanya sehingga membuat tubuh Yuli menegang beberapa saat dan
dari mulutnya terdengar erangan-erangan yang terhambat oleh ciumanku.
Sekarang aku membuat posisi Yuli menungging di matras yang kugelar di
lantai. Kesetubuhi dia dari belakang, sambil meremas-remas pantat dan
payudaranya. Pak Ayip melepaskan pakaiannya hingga bugil, kemudian dia
berlutut di depan wajah Yuli. Tanpa diperintah Yuli segera meraih penis
yang besar dan hitam itu, mula-mula dijilatinya benda itu, dikulumnya
buah pelir itu sejenak lalu dimasukkannya benda itu ke mulutnya. Pak
Ayip mendengus dan merem melek kenikmatan oleh kuluman Yuli, dia
menjejali penis itu hingga masuk seluruhnya ke mulut Yuli.
Yuli pun agak kewalahan diserang dari 2
arah seperti ini. Beberapa saat kemudian Pak Ayip mengeluarkan geraman
panjang, dia menahan kepala Yuli yang ingin mengeluarkan penisnya dari
mulutnya, sementara aku makin mempercepat goyanganku dari belakang.
Tubuh Yuli mulai bergetar hebat karena sodokan-sodokanku dan juga karena
Pak Ayip yang sudah klimaks menahan kepalanya dan menyeburkan spermanya
di dalam mulut Yuli, sangat banyak sperma Pak Ayip yang tercurah sampai
cairan putih itu meluap keluar membasahi bibirnya, jeritan klimaks Yuli
tersumbat oleh penis Pak Ayip yang cukup besar sehingga dari mulutnya
hanya terdengar, “Emmpphh.. mm.. hmmpphh..” tangannya menggapai-gapai,
dan matanya terbeliak-beliak nikmat.
Kemudian Pak Ayip melepas penisnya dari
mulut Yuli, lalu dia berbaring telentang dan menyuruh Yuli memasukkan
penis yang berdiri kokoh itu ke dalam vaginanya. Sesuai perintah Pak
Ayip, dia menduduki dan memasukkan penis Pak Ayip, ekspresi kesakitan
nampak pada wajahnya karena penis Pak Ayip yang besar tidak mudah
memasuki liang vaginanya yang masih sempit, Pak Ayip meremas-remas susu
Yuli yang sedang bergoyang di atas penisnya itu. Aku lalu memintanya
untuk membersihkan barangku yang sudah belepotan sperma dan cairan
kemaluannya, ketika penisku sedang dijilati dan dikulum olehnya, kutarik
ikat rambutnya hingga rambutnya tergerai bebas. “Wah cantik banget si
Mbak ini, mana memeknya masih sempit lagi, benar-benar beruntung saya
malam ini,” kata Pak Ayip memuji Yuli. “Dasar muka nanas, kalo dia pacar
gua udah gua hajar lo dari tadi!” gerutuku dalam hati.
Setelah penisku dibersihkan Yuli, kuatur
posisinya tengkurap di atas Pak Ayip, dan kumasukkan penisku ke
duburnya, sungguh sempit liang anusnya itu hingga dia menjerit histeris
ketika aku berhasil menancapkan penisku di sana. Kami bertiga lalu
mengatur gerakan agar dapat serasi antara penis Pak Ayip di vaginanya
dan penisku di anusnya. Aku menghujam-hujamkan penisku dengan ganas
sambil meremas-remas payudara dan pantatnya juga sesekali kujilati
lehernya. Sementara Pak Ayip juga aktif memainkan payudara yang hanya
beberapa sentimeter dari wajahnya itu. Tak lama kemudian Yuli menjerit
keras, “Akkhh..!” tubuhnya menegang dan tersentak-sentak lalu terkulai
lemah menelungkup, begitu tubuhnya rebah langsung disambut Pak Ayip
dengan kuluman di bibirnya. Aku dan Pak Ayip melepas penis kami dan
berdiri di depan Yuli secara bergantian dia mengulum dan mengocok penis
kami hingga sperma kami muncrat membasahi wajahnya.
Tubuh kami bertiga sudah bersimbah
keringat dan benar-benar lelah, terutama Yuli, dia nampak sangat
kelelahan setelah melayani 2 lelaki sekaligus. Sesudah beristirahat
sejenak, kami berpakaian kembali. Kami membuat kesepakatan dengan Pak
Ayip untuk saling menjaga rahasia ini, Pak Ayip pun menyetujuinya dengan
syarat Yuli mau melayaninya sekali lagi kapanpun bila dipanggil,
meskipun mulanya dia agak ragu-ragu akhirnya disetujuinya juga. Kami
yakin dia tidak berani kelewatan karena dia juga tidak ingin hal ini
diketahui keluarganya. Sejak itu kami semakin akrab dan sering
melakukakan perbuatan itu lagi meskipun tidak sampai pacaran, karena
kami sudah punya pacar masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar