mejapoker88

mejapoker88

Minggu, 23 Agustus 2015

Cerita Sex: Jilbab Penjaga Warnet




Mejapoker88 – Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Novi melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dinihari.
cerita-sex-jilbab-penjaga-warnet
Cerita Sex: Jilbab Penjaga Warnet – Ist
Novi mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka 24 jam. Dan malangnya, Novi harus menjaga warnet itu saat malam hari.
Awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Novi terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Anto -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga warnet itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Dimas yang biasa shift malam di warnet itu sedang pulang ke kampung halamannya.
Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Novi bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat azan subuh berkumandang.
Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.
“Mbak, teh botol 1 ya?” Suara itu mengagetkannya.
“Oh, iya Mas, silahkan.” Jawabnya
“Loh kuncinya mana Mba?”
“Oh, iya, ini Mas” Jawab Novi sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.
Di waret tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.
Pikiran Novi kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Novi berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini.
Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.
Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.
“Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
“Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?” jawabnya tergagap
“Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Dimas dong. Penting nih.”
“Oh iya, sebentar ya” Novi pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata “eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar.”
Novi jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Dimas. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Novi duduk di bangku operator tersebut.
“Udah Mba, Makasih ya.”ucapnya sambil berlalu meninggalkan NOvi.
Novi kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.
tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Anto sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Anto yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar2 si Anto itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.
Tak lama, Anto masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.
“Gimana Nov? Rame Gak?? ” Tanyanya
“Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi.”
“Oh si Toni ya?” Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat.”
“Iya, aku pulang dulu ya.. Novi pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga
saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.
Esoknya
HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana.
Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Toni di net itu.
Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.
“Yah Mba, gimana neh??” Kata Toni setengah berteriak. Novi tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
“Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi,” kata Toni yg sudah berdiri tak jauh dari Novi.
“Ada lilin, MBa??
“Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya”
“OH, ini aja, saya ada korek kok.”
sigap tangan Toni menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan NOvi. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut.
Toni meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Novi.
Novi sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat – wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah – suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.
Baca cerita sex terbaru lainya di –> cerisex.net
Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Toni.
Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan.
setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Kehiningan berlalu saat Toni meminta kunci kulkas.
“Haus nih mba, aku ambil minum ya.”
untung saja Novi sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Toni. Toni bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya.
NOvi terperangah ketika Toni memberikannya sebotol teh bot**l kepadanya.
“Biar gak ngantuk,”Kata Toni singkat
“Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya”
“Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin”
“Yah, terserahlah,” Akhirnya NOvi mengalah karena merasa tak enak hati.
dia tak langsung meminumnya karena TOni lebih dulu bertanya padanya.
“Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
“Iya Mas, kok tau? Dari Anto ya?
“Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?
“Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja.”
“Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Toni
“Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya.” Jawab Novi
“OH gitu toh, ic ic” Tony manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh NOvi.
“Di minum mba minumannya” kata Tony mempersilahkan Novi untuk meminum minuman yg telah dibelikannya.
merasa tak enak, Novi pun meminum teh pemberian Toni tersebut. Toni sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.
Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang novi, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.
NOvi terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Toni sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.
“Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu.” katanya sambil berusaha menepis tangan Toni yg sedang menggerayangi payudaranya. Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun.
Toni hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Novi dengan jarinya.
Tak cuma itu, Toni pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Novi yang masih berwarna pink tersebut. Toni tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.
Toni tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Novi setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Novi.
Novi sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari toni, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Anto, tempat Novi menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.
Toni mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Toni tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Novi.
Novi terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Toni, entah kapan Toni memasukkan obat bius tersebut.
Usaha berontak Novi jelas tidak berarti apa2 bagi Toni, yang ada Toni malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Novi.
Novi menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Toni perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya..
Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..
“Oh, kamu masih perawan ya Nov??” tanya Toni setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..
bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Toni kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.
“argh …. tolong hentikan Ton.” kata Novi terbata-bata.
Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Toni, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya.
Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Toni semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Toni.
entah karena sebab apa, Novi mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Toni dengan sisa tenaganya… tentu saja hal tersebut semakin membuat Toni terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Toni pun semakin menggila, Toni terus menjilati puting yang indah tersebut.
“Arghhhhh….. Ton….ARghhhh”
“Tolong hentikan Toooonnn…”
“Memek km rapat bgt Nov, aku suka, aku juga suka sama puting susu km..” Jawab Toni sambil tangannya terus mengocok vagina Novi.
Tubuh Novi seakan mengejang, dirasakannya gerakan Toni menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya..
Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.
“Argh argh ……” Nafas Novi semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2…
“ssssssshhhh …. arghhhh.” Novi mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.
Toni sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Novi dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Novi menuruti pemuda itu, dielusnya penis Toni yg masih terbungkus celana jins. Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Toni.
Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Toni di dalam vaginanya, gerakan Jemari toni pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.
“Pegang seperti ini Nov,” Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..
“Ya Seperti itu. Arghhh…” Toni berkata sambil merasakan nikmat ketika Novi mulai menggenggam penisnya.
Novi benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Toni, diputarnya dengan bergairah.
“Arghhh Ton,,, Ton..” Novi meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..
dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Toni yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Toni menciumi payudara gadis itu.
Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Toni bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.
Setelah beberapa saat, Toni melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Novi dari penisnya. Novi menatap penis Toni yg berjongkok di depannya..
Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Toni yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Novi kembali meraih penis Toni yg sudah mulai mengeras.
“Coba dicium Nov, pasti km suka” katanya pelan, stengah berbisik.
Novi menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Toni. Toni tak diam, dielus nya kepala Novi yg masih terbungkus jilbab besarnya.
Mullutnya mulai mendesis ketika Novi mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.
akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya… Toni akhirnya merebahkan tubuh Novi di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.
Novi kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Toni pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Novi. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.
“arrrrghhh… nikmat bgt Nov, arghhh …
Toni semakin bersemangat menjilati vagina Novi, jarinya semakin cepat bergerak.
“Arghh Ton… ” Novi terus mendesis di sela kulumannya pada penis Toni.
Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat.
Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Toni kembali merubah posisinya.
kini dia berjongkok di depan paha Novi yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Novi.
“Mauu aphaa km Tonn?” Tanya Novi terbata
Toni tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya…
Novi tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar… dan dia sedikit histeris ketika penis toni yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.
“argghhhh …. pelan2 Ton, perih.”
“Iya Nov, tahan ya…” jawab Toni penuh perhatian..
dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Novi.
arghhh … ssssshhhhh … memekk kamu rapat bgt Nov… aku suka …
pelan tapi pasti akhirnya penis toni berhasil masuk ke dalam vagina Novi.
“arghhh… Ton …” Novi mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.
perlahan toni menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Novi semakin merasa terbang..
Novi pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Toni yg terus menghajar vagina
Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,
“arghhh… enak Nov, nikmat bgt”
“Ton …. aku gak tahan” ceracau Novi sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu…
Novi terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Toni, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.
“argghhh Tonnnnnn…. trusssss”
sampai akhirnya, Novi benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Toni,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya…
“Tonnnn…. argghhhhhh aku …….
“iya Novv…. argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,
“arghhhh…..”
akhirnya Toni merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya.
Novi memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya…
akhwat itu sadar, ia telah khilangan keperawanan dan kehormatannya yg telah ia jaga selama ini.
hujan masih rintik2 diluar sana..
gerimis pun hadir di mata akhwat itu…
penyesalan atas apa yg telah ia lakukan beberapa menit lalu - Mejapoker88


TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI SITUS KAMI

CERITA SEX : MENYUSUI ANAK




Mejapoker88 – Namaku Dio, umurku saat ini 16 tahun dan telah duduk dikelas 1 SMA. Aku seorang laki-laki yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu populer dikalangan para gadis. Aku mempunyai nafsu seks yang cukup tinggi tapi tentunya hanya bisa aku tuntaskan dengan onani sambil menonton film dewasa, menyedihkan. Aku anak pertama dari keluargaku, adekku Sonya baru saja lahir 5 bulan yang lalu dan masih dalam tahap pemberian asi yang rutin oleh ibuku.
cerita-sex-menyusui-anak
Cerita Sex: Menyusui Anak – Ist

Kadang setiap ada kesempatan, aku dapat melihat payudara ibuku yang sedang asik menyusui adikku yang masih bayi. Ibuku bernama Risa masih berumur 33 tahun karena ibuku menikah muda waktu umurnya masih 17 tahun, sedangkan ayahku saat ini berusia 41 tahun berbeda 8 tahun dari ibuku dan sedang sibuk-sibuknya dengan proyeknya sehingga kadang pulang larut malam atau bahkan tidak pulang karena ada kerjaan di luar kota. Awalnya tidak ada perasaan apapun melihat ibuku yang sedang menyusui, namun sejak aku menonton film ataupun cerita porno tentang hubungan sedarah ibu dan anak, aku mulai tertarik memperhatikan payudara ibuku yang putih mengkal penuh susu tersebut. Bahkan kadang aku mulai berani beronani sambil membayangkan tubuh dan payudara ibuku.
Hari demi hari nafsuku semakin tinggi saja, intensitas onaniku semakin sering dan tentunya yang menjadi target onaniku adalah ibu kandungku sendiri. Setiap ibu menyusui adikku, aku selalu berusaha mencari kesempatan supaya mendapatkan posisi yang pas melihat ibuku yang sedang menyusui, baik ketika sedang menonton tv atau saat dikamarnya. Awalnya tidak ada kecurigaan apapun terhadapku tapi lama kelamaan ibu mulai risih juga dengan kehadiranku setiap menyusui adikku.
“Sayang.. kenapa sih liatin mama terus?” katanya padaku sambil matanya melihat kearahku yang sedang asik memperhatikan payudaranya.
“Eh, eh… gak ada apa-apa kok mah..” kataku gagap.
“Beneran? Tapi kok liatin mama terus sih? Cemburu ya sama adikmu?” kata mama menggodaku. “Kalau kamu mau susu bikin aja tuh di dapur, masih ada kok susu Prenag*n mama dulu” katanya menggoda lagi.
“ahh.. mama becanda nih, masa Dio disuruh minum susu ibu hamil sih ma” kataku pura-pura ngambek, mamaku tertawa karenanya sehingga dadanya berguncang bahkan terlepas dari kuluman adikku sehingga memperlihatkan putingnya yang coklat menggoda.
“Hihi, kamu sih, lagian kamu ngapain sih liatin mama nyusuin adekmu?” tanya mamaku lagi.
“Gak ada apa-apa kok mah” jawabku yang masih agak takut ketahuan sedang horny ngebayangin mamaku.
“Hmmm.. iya deh.. kalau mau liat, liat aja.. tapi inget yah.. liatnya gak pakai nafsu, masa liat mama sendiri nafsu juga” ujar mamaku yang akhirnya membiarkan saja aku memperhatikan payudaranya yang sedang menyusui.
Aku tentu saja senang bukan main mendengarnya dan tidak menyiakan kesempatan untuk melihat mamaku menyusui adikku tanpa perlu takut ditegur mamaku lagi. Aktifitas itu tidak berlangsung terlalu lama, adikku akhirnya tertidur setelah kenyang minum asi.
“Udah ya sayang.. adikmu udah tidur nih” kata mamaku sambil memasang kembali branya dan menutupnya dengan kemeja.
Aku cukup kecewa karenanya, tapi mamaku cuek saja dan bangkit dari duduknya, sepertinya ingin mengantarkan adikku ke ranjang bawa di kamarnya. Aku iseng mengikutinya ke kamar, setelah masuk ke kamar dan meletakkan adek bayi mamaku heran melihat aku juga masuk ke kamar.
“sayang? Ada apa?” tanya mamaku. Aku berusaha tidak memandang matanya karena grogi, akhirnya aku memandang ke arah ranjang bayi.
“Gak ada kok mah, Cuma mau liat adik aja. Sonya cantik yah ma, imut-imut” kataku mengalihkan perhatian.
“Iya donk, mamanya kan juga cantik, iyakan sayang?” kata mamaku bercanda menggodaku.
“Hehe, iya mah, mama yang paling cantik di rumah ini” kataku membalas godaannya, mamaku tertawa kecil, sungguh tertawa yang renyah dan menyenangkan mendengarnya.
Payudaranya sekali lagi ku liat naik turun karena tertawa, mamaku menyadari bahwa aku sedang memperhatikan payudaranya lagi.
“Kamu ini.. emang gak puas tadi liat susu mama?” katanya tenang namun masih dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
Sebuah senyum yang membuat hatiku berdebar apalagi mendengar kata-kata mamaku barusan.
“Eh… aaa.. a..anuu” kataku gelagapan.
“Dasar, mama tahu kok usia seperti kamu saat ini sedang panas-panasnya, tapi masa sama mama kamu sendiri nafsu juga, nakal yah..” kata mamaku.
“Kalau kamu horny banget, tuh nonton lagi sana bokepmu itu, mama tahu kok kamu sering nonton bokep di kamarmu”
Dugh!! Aku terkejut bukan main, ternyata mama mengetahui aktifitasku yang satu itu.
“Dan juga kalau onani di kamar mandi disiram dong sayang, masa dibiarkan gitu aja belepotan di dinding sama di lantai, kamu kelupaan yah nyiramnya? mama deh yang repot membersihkannya.. jorok tahu.” sambung mamaku lagi yang semakin membuat aku terkejut.
Aku sadar kalau kadang aku lupa membersihkan sperma yang belepotan, aduh… malu bukan main ketahuan gini.
“eh.. eh.. iya ma.. sorry mah. Tapi gak apa-apa kan mah kalau Dio onani dan nonton bokep?” tanyaku pada mama tapi dengan agak malu dan takut.
“iya-iya.. normal kok untuk laki-laki seusiamu, tapi jangan keseringan” kata mamaku mengiayakan.
Akhirnya sejak saat aku tidak perlu diam-diam lagi onani atau nonton bokep, bahkan pintu kamarku ku buka saja.
“Sayang.. makan malam…” kata mamaku di depan pintu kamarku. Aku cukup terkejut karenanya karena sedang asik nonton bokep sambil mengelus barangku.
“Ayoooo… lagi ngapain? Nonton bokep yah?” tanya mamaku menggoda.
“Eh, i-iya mah” jawabku gagap.
“ayo makan dulu, nanti sambung lagi.. “ kata mamaku lagi. Aku segera berusaha bangkit sambil mengeluarkan tanganku dari dalam celanaku.
“Emang nonton apaan sayang? Bagus ceritanya?” goda mamaku sambil tertawa.
“Eh.. iya mah, tentang ibu dan anak mah, panas banget tadi mah, mereka gituan mulu setiap hari mah di rumah, hehe”kataku terus terang pada mamaku walaupun agak malu menceritakannya.
“Ckckc.. kamu suka cerita begituan? Ya udah ayo makan dulu” ajak mamaku lagi.
Kamipun makan malam berdua saja karena papa belum pulang dan adikku sudah tidur. Setelah makan malam kami habiskan waktu menonton tv. Mama saat itu hanya mengenakan baju tidur dengan kemeja dan celana panjang. Namun tonjolan payudaranya yang besar tidak mampu disembunyikan dari balik kemejanya sehingga membangkitkan nafsuku. Lagi-lagi mamaku mengetahui aku yang sedang memperhatikan payudaranya.
“Ckckck, kamu ini.. “ katanya namun membiarkan saja aku dan mataku yang asik melihat ke arah dadanya.
“Napa sayang? Mau liat lagi?” goda mamaku. Walaupun aku sudah sering melihatnya apalagi semenjak diperbolehkan melihat terang-terangan namun aku tidak pernah puas dan selalu ketagihan.
“Iya mah, boleh? Hehe” jawabku semangat.
“Iya-iya.. sini deh, dasar anak mama satu ini nakal sama mamanya” kata mamaku. Mamaku mulai membuka kancing bajunya, dimulai dari yang paling atas, lalu kancing kedua.
“Cepetan mah..” pintaku gak sabaran dengan dada yang semakin berdebar, mamaku hanya tersenyum manis saja kepadaku.
Baru kali ini mama membuka bajunya yang hanya ada aku di depannya, biasanya harus ada adik bayi dahulu supaya aku dapat melihatnya. Mamapun membuka kancingnya yang ketiga dan menyisakan kancing ke empat yang masih melekat. Aku kini dapat melihat bra warna hitamnya yang tampak kontras dengan kulit payudaranya yang putih mulus dengan urat-urat biru disekitarnya. Mamaku mulai membuka branya yang mempunyai kait di depan supaya mempermudahnya menyusui adikku. Akhirnya kedua payudara mama yang mengkal padat berisi terpampang bebas di hadapan anak laki-laki sulungnya tanpa ada kepala bayi lagi menghalangi, membuat penisku langsung tegang di balik celanaku.
“Ma, kancing bajunya dibuka semua dong..” pintaku lagi.
“Iya-iya, dasar kamu abg mesum” setuju mamaku. Akhirnya mama membuka seluruh kancing kemejanya sehingga kini kemejanya menggantung di tubuhnya memperlihatkan belahan payudara hingga pusarnya untuk bebas aku nikmati.
“Udah? Puas? Dasar kamu.. terus mau ngapain lagi?” tanya mamaku menggoda sambil tersenyum.
Aku yang tidak tahan segera memasukkan tanganku ke dalam celanaku dan mengelus-ngelus penisku, mamaku hanya tersenyum melihat tingkahku dan membiarkanku menikmati pemandangan yang ada di depan mataku.
“Ma.. boleh Dio peluk mama?” pintaku kali ini.
“Ya boleh dong.. masa anak sendiri gak boleh meluk mamanya…” jawab mamaku.
Aku senang sekali, aku segera mendekatinya dan merangkul tanganku memeluk tubuh mamaku dari depan sehingga payudaranya yang padat tanpa halangan berhimpitan dengan dadaku. Nikmat sekali rasanya merasakan himpitan payudara mamaku yang menekan dadaku. Aku memeluknya sambil membelai punggung dan rambutnya begitu juga mamaku. Cukup lama kami berpelukan seperti itu, hingga aku melepaskan pelukanku. Mamaku tersenyum kepadaku sambil melepaskan pula pelukanku.
“Kenapa sayang? Berdebar gitu dadanya? Hihi” tanya mamaku menggoda.
“hehe, iya mah.. gimana gak berdebar mah, pemandangannya enak gini, terus susu mama tadi nekan-nekan dada Dio lagi.” Jawabku cengengesan.
“Ma, boleh gak Dio lepasin baju sama celana Dio juga?” Pintaku.
“mau apa sih kamu emangnya? Iya deh, buka aja.. sekalian aja dengan celana dalammu, bebasin aja tuh burungmu.. tegang gitu, nafsu ya?” jawab mamaku. Aku yang senang mendangar jawaban mamaku segera berdiri dan membuka baju dan celanaku menyisakan celana dalamku.
“Itu kolornya mau mama yang bukain?” tawar mamaku.
“hehe, boleh mah..” kataku sambil memajukan pinggulku ke arah mamaku.
Dia segera menyeipkan jari lentiknya di sela celana dalamku dan menariknya perlahan ke bawah, memperlihatkan penisku yang telah mengacung tegak dihadapannya.
“wah.. udah tegang yah penisnya, gitu amat nafsunya ke ibu kandung kamu sendiri..” ujarnya menggoda. Aku cengengesan sendiri.
“Mau nyusu lagi gak seperti waktu kamu kecil dulu?” goda mamaku.
“Eh.. eh, mau mah..mau banget.. hehe” tentu saja aku mau, itu adalah sesuatu yang aku impi-impikan .
“Ya udah sini dekat-dekat ke mama” ajak mamaku.
Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya sambil bertelanjang bulat sedangkan mamaku hanya mengenakan celana panjang dengan kemeja yang terbuka didepannya, memperlihatkan kedua bukit payudaranya yang montok berisi penuh susu. Aku dekatkan wajahku ke pucuk payudaranya dan menempelkan bibirku ke putingnya. Aku mulai mengulum putingnya dan mengenyotnya sehingga air susunya yang hangat mulai keluar dan masuk dengan nikmat ke kerongkonganku.
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu ke mamanya. Tuh lihat burung kamu negang gitu” ujar mamaku, aku hanya senyum-senyum saja mendengarnya sambil masih asik mengenyot susu mama.
Tiba-tiba terdengar suara pagar digeser, papaku pulang. Dengan segera aku melepaskan kulumanku dan memungut pakaianku yang berserakan di lantai dan berlari ke kamarku. Mamaku juga segera memakai bra nya dan memasang kembali kemejanya. Sial… nanggung banget, gerutuku. Aku dapat mendengar percakapan mereka samar0samar dari kamarku.
“Udah pulang pa?”
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” kata papaku tertawa diikuti mamaku. Tapi.. duh gawat, celana dalamku tertinggal di sana. Aku panik.
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu ke mamanya.
Tuh lihat burung kamu negang gitu” Ujarku menggoda anakku yang nakal ini.
Dia masih dengan enaknya menyusu ke mamanya dengan penis yang tegang dan menempel di celana tidurku. Tiba-tiba terdengar suara pagar digeser, suamiku pulang. Dengan segera Dio melepaskan kulumannya dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan berlari ke kamarnya. Aku juga segera memakai bra dan memasang kembali kancing kemejaku.
“Udah pulang pa?” tanyaku cukup panik.
“nggak, baru pergi.. ya iyalah baru pulang” katanya tertawa diikuti tawaku. Tunggu.. apa itu, celana dalamnya Dio, gawat.. udah barusan mesumin mamanya terus celana dalamnya pake ketinggalan lagi.
“Gimana di rumah? Baik-baik aja kan?” katanya menuju tempat aku dan Dio melakukan kemesuman barusan.
“iya pa, baik-baik aja kok” kataku tenang. Aku berusaha menutupi pandangan suamiku dari arah sofa dimana di bawahnya masih tergeletak mayat, maksudku celana dalam Dio.
“mandi dulu gih pa, bau tuh papanya seharian gak mandi. Mau dibuatin kopi?” anjurku padanya.
Tentu saja supaya dia cepat beranjak dari sana sehingga aku bisa membereskan celana dalam itu. Dia mengiyakan dan segera beranjak ke kamar dan mandi. Aku segera memungut celana dalam anakku. Ku lihat bagian tengahnya agak basah tapi tidak lengket. Sepertinya dia memang susah horny dari tadi.
Aku ketuk pintu kamarnya, dia segera membukanya. Dia telah mengenakan baju dan celananya sendiri tapi aku tidak yakin dia pakai kolor.
“Nih celana dalam kamu ketinggalan, untung gak nampak sama papamu, lain kali hati-hati dong sayang, niiihh….” kataku sambil menyerahkan celana dalamnya.
“Iya mah, sorry buru-buru.” Jawabnya sekenanya.
“tapi tanggung nih, gak enak banget rasanya” sambungnya.
“ya gimana lagi dong sayang, papamu udah pulang tuh..” jawabku cuek.
“papa lagi mandi kan mah.. bisa tuh ma sebentar, ayo mah” katanya menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.
“ duh, aduh sayang.. iya-iya tapi pelan-pelan dong nariknya, sakit tangan mama” kataku pura-pura manja.
Dia yang kayanya sudah tidak tahan apalagi tadi benar-benar tanggung baginya segera meloloskan pakaiannya memperlihatkan penisnya lagi dihadapan ibu kandungnya. Aku lagi-lagi terpana melihat ukuran penisnya yang cukup besar yang tidak kalah dari papanya.
“terus mama harus telanjang dada lagi nih di depan anak mama satu ini?” kataku menggodanya.
“iya dong mah, masa nggak.. kalau boleh sih gak cuma telanjang dada aja mah” ujarnya nakal.
“terus telanjang apa? ayooo.. kamu kepingin lihat mama telanjang di depanmu ya? Anak mama nakal yah…” kataku menggodanya lagi.
“lain kali yah sayang, kalau kelamaan entar ketahuan papamu” kataku, ku lihat wajahnya cukup kecewa tapi ya ku biarkan saja walau agak gak tega.
Ku buka bra dan kancing kemejaku lagi, kali ini kololoskan seluruh kemeja dari tubuhku sehingga bagian atas tubuhku kini benar-benar polos di depan anak kandung laki-lakiku.
“mama cantik…” katanya terpesona melihat tubuh atasku, yang terpampang bebas dihadapan matanya untuk dia nikmati.
Aku juga merasakan perasaan lain telanjang dada didepan anak kandung laki-lakiku sendiri apalagi suamiku ada dirumah dan kami bisa ketahuan kapanpun, hal ini membuat jantungku berdebar tidak karuan, ku rasa air susuku makin bertambah dan memenuhi payudaraku karena perasaan ini.
“ayo cepetan sayang” kataku padanya supaya mempercepat aktifitas mesum ini.
Dia segera mendekatiku dan mengulum lagi payudaraku, air susuku kembali masuk ke mulutnya dengan derasnya. Tangannya yang satu lagi meremas payudaraku yang satunya sehingga air susuku menyemprot-nyemprot melumuri tangannya dan lantai kamarnya. Kami melakukan ini sambil berdiri. Di sela-sela aktifitas nakalnya ku lihat dilaptopnya menayangkan adegan porno, sepertinya sebelum ini dia yang merasa tanggung itu menuntaskan birahinya dengan menonton bokep.
Ku lihat air susuku mengalir disela mulutnya dan sampai kedagunya yang sudah ditumbuhi janggut tipis. Anakku benar-benar sudah besar sekarang. Kadang dia melepaskan kulumannya dan memainkan putingku dengan lidahnya, tidak hanya putingku, tapi seluruh permukaan kulit payudaraku juga mulai dijilatinya sehingga permukaan payudaraku basah dan tanpak mengkilap. Aku senyum-senyum saja, kubiarkan saja aktifitasnya mesumnya ini.
Tidak lama kemudian wajahnya mulai mengerut, sepertinya dia mau keluar.
“Keluarin aja sayang, tumpahin aja ke mamamu ini” ujarku padanya.
Dia tidak menjawab dan semakin kencang mengulum dan menjilat payudara ibu kandungnya ini.
“Crooot crooot… “ akhirnya spermanya keluar, karena posisi kami yang seperti itu spermanya jadi mengenai celana panjang piyamaku tepat di depan daerah kewanitaanku.
“udah sayang? Puaskan?” dia mengangguk.
Akhirnya dia melepaskan kulumannya dan menarik diri menjauh dari sisiku. Aku segera mengenakan kembali bra dan kemejaku. Kulihat dia masih keenakan sambil duduk di ranjangnya. Aku segera keluar dari kamarnya.
“Besok lagi yah ma.. hehe” pintanya nakal.
“hmmm… liat aja deh besok, dasar kamu..” aku keluar dan menutup pintu kamarku dan segera menuju ke kamarku.
Ku lihat suamiku telah selesai mandi. Karena tadi aku juga sempat horny karena kelakuanku dengan anakku aku mengajak suamiku melakukannya. Kami melakukan hubungan suami-istri yang panas malam itu hingga akhirnya kami tertidur (gak perlu diceritakan deh detailnya, soalnya biasa dan pembaca juga tahu apa yang terjadi).
Esok harinya aku bangun pagi seperti biasanya. Beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anakku. Saat sedang sibuk memasak di dapur, sepasang tangan merangkul pinggangku, ku lihat ke belakang ternyata Dio anakku dengan tubuh telanjang hanya membawa handuk yang di kalungkan di lehernya.
“ sayang, apaan sih, bukannya mandi.. ntar kamu terlambat ke sekolahnya” kataku sambil berusaha melepas pelukan tangannya.
“bentar mah, abis bangun pagi ngaceng nih, apalagi liat mama gini.. mama lanjutin aja deh masaknya, Dio gak ganggu kok”jawabnya.
Saat ini aku menggunakan daster dengan celemek untuk masak. Aku biarkan saja dia memelukku dari belakang sambil aku masih terus memasak. Lama-kelamaan dia mulai meraba payudaraku dari balik celemek dan dasterku, juga masih aku biarkan saja. Selanjutnya dia mulai menggoyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan penis tegangnya di belahan pantat ibu kandungnya ini yang masih tertutup kain.
“sayang, kamu mulai nakal yah.. masa gesek-gesikin itunya kamu ke mama sih” kataku tapi tidak berusaha melepaskan diriku darinya. Dianya ketawa-ketawa saja.
“itu apa mah? ngomong yang jelas dong mah” katanya pura-pura bodoh menggodaku.
“itu kamu.. burung kamu” kataku dengan agak sebal karenanya, hentakan penisnya makin keras dan kencang saja di belahan pantatku.
“itu bukan burung mah, tapi kontol mah.. coba mama bilang lagi” katanya kurang ajar mempermainkan mamanya.
“iya… kontol. Masa kontol kamu digesekin di pantat mama gitu sih sayang” kataku menuruti kemauannya.
“Digesekin gimana mah?” katanya pura-pura bodoh lagi, kali ini makin kencang saja gesekannya di belahan pantatku, bahkan menyelip di pahaku sehingga kain dasterku ikut terlipat di antara pahaku.
Selanjutnya dia melepaskan pelukannya tapi kini malah meraih bokongku dan memegangnya, dia lanjutkan kembali aktifitas mesumnya terhadapku. Kini posisiku seperti sedang disetubuhi olehnya dari belakang.
“kainnya menghalangi aja nih mah” katanya.
Aku diamkan saja perkataannya sambil dia masih asik dengan aktifitasnya.
“Ma, temenin Dio mandi dong mah.. udah lama nih gak rasain dimandiin mama” pintanya terhadapku.
Sebenarnya itu adalah permintaan yang biasa dari seorang anak pada ibunya, namun tidak bila anaknya sudah sebesar ini, dengan bulu yang sudah tumbuh disekitar kemaluannya.
“kamu ini ada-ada aja, mandi sendiri sana.. lagian papamu bentar lagi bangun, udah sana mandi, terlambat nanti sekolahmu” jawabku menolak permintaanya.
“ yah.. mama, tapi nanti habis pulang sekolah Dio tagih ya ma, hehe” pintanya. Akhirnya dia masuk ke kamar mandi di samping dapur dan segera mandi. Dia sempat membuka pintu kamar mandi dan menunjukkan penisnya di hadapanku.
“Ma.. liat nih..” katanya sambil mengocok penisnya yang berlumuran busa sabun dihadapanku. Sungguh perbuatan yang cabul terhadap ibu kandungnya sendiri.
“kamu apa-apaan sih, tutup pintunya” suruhku padanya tapi tanpa menunjukkan kemarahan. Akhirnya dia menutup pintu dan melanjutkan mandinya.
Kami pagi itu serapan bersama seperti biasa, aku sarapan sambil menyusui bayiku dan Aku dan Dio duduk berhadap-hadapan, sehingga dia serapan sambil juga memandang payudaraku yang sedang menyusui adiknya. Suamiku sih menganggap biasa aku yang menyusui di hadapan Dio. Sedang asik-asiknya serapan kaki Dio mengelus-ngelus kakiku dari bawah meja sehingga perbuatannya ini tidak terlihat oleh suamiku.
Aku hanya melototkan mataku kepadanya sebagai isyarat agar dia berheti, namun dia Cuma senyum-senyum kecil saja. Dasar anak nakal,kataku dalam hati. Dia lakukan kemesuman itu sampai kami selesai sarapan. Lalu diapun berangkat ke sekolah dengan motornya begitu juga suamiku yang juga berangkat kerja.
“Tok-tok” Terdengar suara ketukan pintu depan. “ma…. Dio pulang…” ternyata Dio anakku yang sudah pulang.
Siang itu aku sedang mencuci baju, segera ku bangkit dan menuju pintu depan.
“Lama amat sih ma” sambil masuk dan melepaskan sepatunya.
“iya.. mama lagi nyuci dibelakang, tumben kamu cepat pulang biasanya keluyuran dulu?” tanyaku.
“kan mau nagih janji mandi bareng mama” jawabnya cengengesan.
“dasar kamu, emang ada mama janji? Hmm… yaudah letakkan tas kamu dulu ke kamar, mama tunggu di belakang.” Kataku sambil menuju kamar mandi belakang yang mana juga tempat mencuci, dia juga menuju kamarnya.
Setelah beberapa saat dia telah kembali dengan hanya mengenakan celana dalamnya. “dasar kamu.. udah gak tahan yah…?” godaku.
“Hehe.. iya nih ma” jawabnya. Aku segera mengajaknya masuk kedalam kamar mandi.
“ Masa udah gede gini masih dimandikan mamanya sih? Sini mama yang bukain kolor kamu” kataku tersenyum manis sambil membuka celana dalamnya dan menaruhnya ke tempat cucian.
Penis tegangnya mencuat di hadapanku, ibu kandungnya .
“Mama harus ikutan mandi juga nih?” kataku menggoda padanya.
“Iya dong mah..” jawabnya penuh mesum.
“ dasar kamu.. mama sendiri dimesumin” kataku tersenyum menatap matanya.
“Mama sih.. cantik, seksi, terus gak nolak di mesumin anak kandungnya.. hehe” ujarnya kurang ajar padaku, aku hanya tersenyum saja mendengar jawabannya.
Aku mulai membuka pakaianku dimulai dari kaos, kemudian celana, bra dan terakhir celana dalamku. Kini aku benar-benar bugil dihadapannya, dia menjadi orang kedua yang melihatku bugil setelah suamiku. Jantungku berdegup kencang, apa aku harus melakukan ini? Mandi bersama anak laki-lakiku yang sedang horny berat terhadap ibu kandungnya sendiri. Tapi sisi lain diriku ingin mencoba hal yang nakal seperti ini, menyadari hubungan kami ibu dan anak kandung makin membangkitkan gairahku menjadi meluap-luap, pastinya Dio anakku juga merasakan hal yang sama.
Dia mulai mendekati tubuhku yang telanjang didepannya. “Mama cantik banget” katanya mulai meraba payudaraku dan mengusap-ngusap punggung dan pinggangku.
“Aduh.. kamu ini mau mandi atau grepe-grepe mama sih sayang?” tanyaku tapi tidak berusaha menepis tangannya.
Dia dekatkan mulutnya ke putingku, kembali air susuku yang sudah memenuhi payudaraku memenuhi mulutnya dan dengan nikmat masuk ke kerongkongannya. Air susuku dihisap habis-habisan olehnya.
“Hisap yang kiri juga dong sayang, masa yang kanan mulu” ujarku padanya.
Diapun memindahkan kulumannya ke dada kiriku. Cukup lama dia hisap susuku sambil berdiri, kedua dadaku dia hisap bergantian. Penisnya yang tegang kadang menyentuh pangkal pahaku, menggesek-gesek disana disekitar vagina dan paha atasku, ku biarkan saja aksinya tersebut.
“Hmm.. sayang, penis kamu nyentil-nyentil mama tuh..” kataku tapi dia masih asik meminum susuku.
“Ma.. penis Dio diselipin di dada mama dong..” pintanya.
Sepertinya dia sudah horny berat. Aku yang juga sudah mulai horny mengiyakan permintaannya. Aku jongkok di depannya, dia letakkan penisnya diantara kedua buah dadaku dan mulai memompanya maju mundur. Aku juga ikut membangkitkan gairahnya dengan ikut mengayunkan tubuhku naik-turun dan meremas kedua payudaraku sendiri sehingga air susuku muncrat mengenai pahanya dan melumuri penisnya yang sedang nikmat menggesek-gesek disela buah dada ibu kandungnya.
Kami keluar dari kamar mandi dengan masih bertelanjang bulat. Dia terduduk di ranjang sambil melihat aku yang sedang mengeringkan rambutku. Ku lihat penisnya bangkit lagi melihat tubuhku.
“Ayo… kamu mikirin apa? Tuh tegang lagi penismu” godaku.
“Hehe .. iya nih ma.. Dio liatin mama sambil ngebayangin Dio lagi ngentotin mama, pasti enak tu mah..” katanya vulgar kurang ajar kepada ibu kandungnya.
“Hushh.. kamu ngomongnya kurang ajar amat sama mama” kataku tersenyum dan tertawa kecil mendengarnya.
“Ma.. ngentot yukk” ajak anakku ini.
“Yuk ma.. udah gak tahan nih pengen ngentotin mama, apalagi diranjang mama sama papa” katanya makin kurang ajar saja.
Aku tentu saja keberatan dengan permintaannya tersebut, itu sudah terlalu jauh, tapi aku yang tidak tega dan juga horny akhirnya memberi dia keringanan.
“Kamu gesek-gesekin penis kamu di vagina mama aja yah sayang.. tapi jangan dimasukin, dosa loh kalau bohong” anjurku, dia yang sudah horny mengiyakan saja ajakanku.
“Yuk, sayang naik ke ranjang mama” ajakku. Kami berdua naik ke atas ranjang, ranjang dimana biasanya hanya ada aku dan suamiku diatasnya untuk tidur ataupun bercinta, kini di atasnya telah berada aku dan anakku yang telah bertelanjang bulat, yang sudah terbawa nafsu sedarah yang menggebu-gebu.
Dia mulai merangkak diatas badanku dan mulai menggesek-gesekkan penisnya di permukaan vaginaku.“Inget ya sayang, jangan sampai masuk, punya papamu lo itu..” kataku mengingatkannya kembali. Dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum dan melanjutkan aksinya menggesek-gesekkan penisnya dipermukaan vaginaku.
“Ma, masukin dikit boleh yah ma… kepalanya aja kok, plissss..” pintanya memelas.
“Kan tadi janjinya Cuma gesek-gesekin aja, gimana sih? Ya udah deh.. tapi janji ya Cuma kepalanya” kataku menyetujui permintaan mesumnya.
Dia arahkan ujung penisnya tepat di depan vaginaku, mencoba memasukkan kepala penisnya diantara bibir kemaluanku. Perlahan ujungnya mulai masuk dan akhirnya kepala penisnya masuk ke dalam kemaluanku. Dia mulai mengayunkan badannya maju mundur dengan kepala penis yang telah masuk ke dalam vagina ibunya.
“Ouuhhh… enak mah” racaunya. Nafsu sudah meyelimuti kami, membakar birahi kami ibu dan anak.
Walau hanya kepalanya saja yang masuk namun sepertinya sudah memberikan kenikmatan yang luar biasa baginya. Kadang penisnya masuk lebih dalam tapi tidak seluruhnya, aku yang menyadarinya membiarkannya saja. Melihat aku yang tidak melawan, dia lanjutkan kembali aksinya memasukkan penisnya lebih dalam ke vaginaku. Hingga akhirnya ku sadari bahwa dia telah memasukkan penisnya seluruhnya, maju-mundur di vagina ibunya.
“oghhhhhhh….. terus sayang, kamu nakal.. menyetubuhi ibu kandungmu sendiri… diatas ranjang mama dan papamu lagi… oghhhh… yaaahhh… enak sayang… terus anakku.. setubuhi ibumu” kataku kesetanan.
Kami semakin menggila, dia makin cepat memompa diriku.
“Ma… mau keluar mah…” erangnya.
Ranjangku betul-betul bergoyang kencang, bahkan dengan suamiku kami tidak pernah bersetubuh sehebat ini. Tubuh kami bermandikan keringat. Membayangkan hubungan kami ibu dan anak makin membuat nafsuku tak terkendali, apalagi membayangkan kalau aku hamil oleh anak laki-lakiku sendiri.
“Keluarin didalam saja sayang.. hamili mamamu iniiii” kataku yang telah dibanjiri nafsu yang tak terbendung. “Crooot…crooot” dia menyemprotkan spermanya berkali-kali berbarangan dengan orgasmeku, memenuhi rahim ibu kandungnya sendiri.
Dia kelihatan sangat puas. Sesudah itu sepanjang sore hingga malam kami lanjutkan ronde-ronde selanjutnya, kami bahkan lupa untuk makan, bahkan bayiku yang sedang menangis-nangis sampai terabaikan olehku. Kini yang ada dipikiran kami hanya persetubuhan sedarah. Genangan sperma dan air susuku yang tidak berhenti menyemprot ada dimana-mana, belepotan diatas ranjang aku dan suamiku ini, bahkan ditubuhku sudah belepotan spermanya yang tidak pernah puas menyiram di dalam maupun diluar tubuh ibu kandungnya ini.
Sedangkan dia sangat kenyang meminum air susuku yang sepertinya tidak ada habisnya, melumuri penis dan tubuhnya dengan susuku. Aku bahkan melakukan apa yang belum pernah ku lakukan pada suamiku, yaitu menjilati dan mengulum penisnya serta menelan spermanya yang kini aku lakukan terhadap anakku tanpa rasa keberatan. Aku juga menjilati lubang anusnya dan menyodok lubang anusnya dengan lidahku sedalam yang ku bisa, selain itu aku juga membenamkan payudaraku dengan putting yang mencuat tegak ke sekitaran lubang anusnya, membasahi selangkanngannya dengan air susuku, yang semakin membuatnya merasa kenikmatan.
Sebuah kenikmatan yang diperolehnya dari ibunya sendiri. Kami melakukan ini sampai lupa waktu, entah sudah jam berapa ini. Bisa saja suamiku pulang kapanpun itu, namun membayangkan suamiku memergoki kami sedang melakukan perbuatan tidak bermoral ini, antara istri dan anak kandungnya sendiri, di dalam kamar kami dan diatas ranjangku dan suamiku, malah membuat sisi binalku semakin gila menjadi-jadi.
“TERUS SAYANG.. SETUBUHI MAMA… JANGAN BERHENTI… SIRAM PEJUMU KE RAHIM MAMA SEPUAS-PUASMU… HAMILI MAMA… MAMA DISINI SEBAGAI PEMUAS NAFSUMU ANAKKU… “Racauku kesetanan.


TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI SITUS KAMI

Sabtu, 22 Agustus 2015

Cerita Sex: Istri Teman-Temanku




cerita-sex-istri-teman-temankuCerita Sex: Istri Teman-Temanku – Ist
Ketika kusampaikan pada Anita dia hanya mengernyitkan kening
“Nggak kejauhan tuh pah?”, tanyanya.
”Ya entahlah.., mereka set up tempatnya disana, tinggal kita mau ikut atau nggak, semua ada empat pasang, dengan kita” jawabku.
Mengingat waktu yang dipilih adalah week end, kami setuju untuk turut serta, apalagi mengingat sepanjang bulan Desember hingga lewat tahun baru kami jarang punya kesempatan untuk berdua, maklum anak anak sudah semakin besar dan tuntutannya untuk mengisi liburannya juga semakin beragam, sehingga praktis setiap ada waktu libur serta sepanjang libur natal dan tahun baru yang cukup panjang, waktu kami dikuasai ’mereka’
Pada malam harinya sebelum kami berangkat telfonku berdering, ternyata Sonny yang call ”Hey…..udah siap?” tanpa basa basi ia bertanya, memang kawan satu ini orangnya straight tapi baik dan humoris. ”Sudah jawabku, pagi-pagi kami berangkat” jawabku,
”Gini…gini….bisa nggak kalau kita minta tolong?” tanyanya
”Anything ..man” jawabku
”Aku, Herman, dan Andi besok pagi ternyata mesti ketemu sama client, nggak bisa ngelak, ada sedikit masalah soal proyek kita” jelasnya
”Lalu..?” tanyaku masih belum mengerti maksudnya
”Titip Wirda my wife, juga Irene dan Cinthya, kalian berangkat aja duluan kita nyusul setelah pertemuan, soalnya you know.., mereka udah siap – siap kalau dengar berangkatnya jadi kesiangan moodnya suka hilang terus ngambek, nggak fun nantinya ..ok?” jelasnya panjang lebar, dan yang dimaksud Irene dan Cintya adalah istri Herman dan Andi.
”O..itu, ya nggak masalah lagian mobilku kan lumayan besar” jawabku
”Apa kujemput mereka satu persatu?” tanyaku melanjutkan
”Ah nggak usah, come over to my place aja pagi pagi, mereka udah janjian ngumpul disini.”katanya
”Oke.., sampai besok ya..” kataku menutup pembicaraan.
Pagi pagi sekali kami sudah berada di sebuah kompleks perumahan elite di wilayah selatan dan ketika kami tiba di kediaman Sonny, suasana sudah ramai.
”Hey… kami saling berpelukan saat bertemu mereka, memang walau kami belum pernah gabung di acara yang dihadiri Andi dan Cintya serta Herman dan istrinya Irene, namun kami sudah saling mengenal dan pernah makan malam bersama.
”Okay ..udah jangan kebanyakan cerita.., berangkat aja..kita bereskan dulu pertemuan dengan client cerewet itu, nanti kita menyusul” Sonny yang tanpa basa basi langsung berkata.
”Eh…ngusir…..awas ya kamu Son..baru datang boro-boro dikasih minum, ” Anita menanggapi gurauan Sonny.
”Kamu yang awas ntar disana.., jangan minta tambah lho,” ujar Sonny menyambut gurauan Anita.
Demikianlah sekejab kemudian mobil yang kukemudikan sudah meluncur mulus menembus cerahnya udara pagi.
Dari percakapan antar para istri di mobil aku baru tahu kalau Sonny, Andi dan Herman sama sama bekerja dalam sebuah holding yang cukup ternama, dan sesungguhnya sama sekali tak diduga kalau hari ini mereka ditugaskan menemui dan rapat dengan client holding tersebut, ”Namanya juga cari makan.., ya udah mau nggak mau” Wirda menyelesaikan penjelasannya.
Wirda adalah seorang wanita yang masih tampak menarik di usianya, memang ia dan suaminya adalah anggota tertua dalam komunitas kami, Sonny berusia 55 tahun dan Wirda hampir mencapai 50 tahun, masih tampak lebih muda dari usianya, Irene yang termuda berusia sekitar 28 tahun, wajahnya cantik sekali dengan sepasang mata yang besar dan menarik hati, berambut ikal sebahu tubuhnya langsing dan walau dadanya tidak terlalu besar namun proporsional, sementara Cintya sekitar 35 tahun, wajahnya lumayan manis dengan tubuhnya tidak terlalu tinggi, payudaranya besar sekali, namun pinggangnya termasuk ramping, dengan pinggul yang bulat,
Aku mengemudikan dengan santai dan hampir 5 jam kemudian kami tiba di lokasi, sebuah hotel yang terdiri atas beberapa bungalow dan terletak persis ditepi pantai.
Demikianlah setelah merapihkan barang – barang kami di masing – masing bungalow, waktu ternyata sudah lewat tengah hari dan kami semua sudah kelaparan, makanan yang disediakan ternyata lumayan enak dan akhirnya dengan perut kenyang kami semua kembali ketempat masing – masing untuk beristirahat.
Sonny ternyata memesan 4 buah bungalow untuk kami semua, sehingga tiap pasangan punya privacy dan khusus untuk bungalow yang ditempatinya ia memesan yang terbesar dengan 2 kamar, dan aku mengerti maksudnya, kamar yang satunya akan menjadi ’kamar bermain’.
Siang itu aku tertidur di bungalow kami, Anita juga nampak masih lelap ketika aku bangun, hari sudah menjelang sore, kubuka jendela kamar, tampak lautan lepas menghampar membawa ombak dengan buih buihnya, udara cerah dan semua terasa nyaman.
’Tok….Tok…”pintu kami diketuk dan ketika kubuka nampak Wirda berdiri didepan pintu dengan wajah keruh..”Yuk…masuk..”kataku mempersilahkan dan Anita yang juga baru bangun… sudah bergabung.
”Sonny..nampaknya nggak bisa datang” katanya langsung, ”Juga Herman dan Andi, rupanya urusan cukup penting hingga mereka sampai harus menyelesaikannya minggu ini juga” katanya lagi.
Aku tidak menjawab, ku ambil HP ku dan kuhubungi Sonny,
”Hey..man,,,gimana nih..kamu yang punya acara malah masih di Jakarta, kasihan nih para nyonya udah capek capek 5 jam perjalanan kok jadinya begini?” tanyaku langsung
”Sorry, sorry banget.., ada masalah dengan pekerjaan., bener-bener nggak bisa kutinggal.., terserah kalian deh.., tapi aku minta maaf, nih Andi mau bicara” katanya lalu menyerahkan telpnya pada Andi yang juga menerangkan hal yang sama.
”Oke..oke.., aku sih bisa paham, jadi enaknya gimana apa kami semua balik saja ke Jakarta malam ini ?” tanyaku pada Sonny
”Terserah nyonya nyonya deh…., habis gimana…, kalau kamu sih enak perusahaan punya sendiri.” jawabnya pasrah
”Ok coba nanti kuatur deh..” jawabku
Jujur saja, suasana disini sesungguhnya nyaman sekali dan aku benci kalau harus nyetir balik ke Jakarta malam ini juga.
Kupandangi Anita dan kami beradu pandang sebentar, lalu istriku berkata pada Wirda, ”mBak.. kita makan malam dulu deh.., sambil berunding… ” lalu entah apa yang dibisikannya pada Wirda, namun serta merta wajahnya menjadi cerah.
Malam itu kami makan malam di hotel lagi, karena memang makanannya enak dan fasilitas restorannya lumayan bagus, setelah kenyang makan sea food kami memesan minuman dan sepakat untuk ngobrol di dalam bungalow saja sambil minum.
Sambil minum kami ngobrol santai, kecuali aku dan Wirda yang duduk di lantai beralaskan bantal yang lain ber leha leha di sofa, sambil sesekali mengomel pada ketiga pria yang tidak kunjung muncul.
Suasana cukup ramai, bayangkan 4 wanita berkumpul dan aku laki laki sendirian, menjadikanku hanya sebagai pendengar, belum ada sejarahnya seorang laki laki sanggup mengatasi pembicaraan 4 wanita sendirian.
Tiba tiba Wirda yang duduk disampingku melingkarkan tangannya dibahuku, dan ketika aku menoleh, bibirnya sudah mencium bibirku, aku melayaninya dan membalas permainan lidahnya, tubuh kami sudah berpelukan dengan rapatnya dan karena memang posisi kami dilantai, kurebahkan tubuhnya dengan bibir kami tetap berpagutan dan tangan kami saling meraba tubuh masing masing.
Kancing bajuku sudah terbuka dan baju Wirda juga mulai terbuka, tanganku memeluknya dan dengan mudah kait BH yang dikenakannya kulepas, dan beberapa kejab kemudian, puting susunya sudah dalam mulutku.
Walau sudah tidak terlalu kencang dan padat, namun buah dadanya masih cukup ’layak’ untuk dinikmati, dan tangannya juga tak kalah cekatan, karena batang kemaluanku sudah dalam genggamannya.
Tiba tiba kurasakan ada tangan lain yang menyentuhku,, ternyata istriku, yang kini ’membantu’ melepaskan pakaianku, sehingga sebentar saja aku sudah telanjang bulat. Wirda sudah menikmati kemaluanku dengan mulutnya dan Anita kini gantian berciuman denganku, sempat terpikir, wah…4 orang wanita..apa kuat..?
Kerasnya lantai membuatku tak nyaman, maka kuusulkan pindah kekamar, dan sambil berpelukan kami semua pindah kekamar, Cinthya dan Irene masih jadi penonton,
sementara Wirda dan istriku sudah mulai ’menyerang’ begitu tubuhku mendarat diranjang.
Aku telentang dan Wirda berjongkok diwajahku menyodorkan vaginanya untuk kujilat dan lidahkupun segera saja mengembara kesetiap sudut vagina wanita itu sementara tanganku memainkan buah dadanya.
Istriku masih asyik dengan mulutnya dijilat dan disedotnya batang kemaluanku dan juga bijiku tak luput dari serangan mulutnya.
Merasa cukup lagi pula aku tak ingin cepat cepat selesai, kuminta Wirda bergeser dan kuberi tanda pada istriku untuk berhenti, lalu dengan posisi Wirda dibawah kuangkat kedua kakinya kebahuku dan batang kemaluankupun menembus vaginanya. Kupilih posisi ini karena kuingat cerita Sonny suami Wirda bahwa ia paling tidak tahan lama dengan posisi demikian.
Benar saja belum lama aku mengayunkan batang kemaluanku mengaduk aduk bagian dalam vaginanya ia sudah mulai mengerang dan mendesah tidak karuan dan semakin cepat aku bergerak semakin cepat ia mengimbangi hingga akhirnya dengan satu keluhan panjang ia mendesis keras ”O…God….I am cumming….cumming..ahhh….” dan tubuhnya mengejang hebat hingga akhirnya berhenti bergerak dengan batang kemaluanku tertanam di dalam vaginanya yang basah.
Sambil berbalik merebahkan diri kemaluanku tercabut dari vagina Wirda yang nampak puas, namun secepat itu pula batang kemaluanku yang masih penuh lendir itu sudah berada dalam mulut hangat Irene yang entah kapan sudah berada disisiku.
Anita kembali menciumi wajahku, dan bergerak kebawah, sementara Irene ternyata juga seorang ’maestro’ dalam memainkan kemaluan pria dengan mulutnya.
Entah kode apa yang digunkan, namun kini Anita sudah diatasku dan kemaluanku diarahkan memasuki vaginanya, aku agak mengeluh dalam hati karena aku tahu kalau dalam vagina istriku, aku takkan mampu bertahan lama, ada suatu kelebihan pada vagina istriku dan itu terbukti, karena banyak sudah aku mendengar pujian dari banyak laki laki yang pernah merasakan Anita, vaginanya memiliki dinding yang dapat meremas dan berdenyut denyut, luar biasa nikmat. Apalagi saat itu lidah Irene juga tak kunjung berhenti menyapu bijiku dan sesekali bibirnya menyedot dan saat istriku menarik pinggulnya terasa lidahnya menyapu batang kemaluanku.
Anita juga sudah sangat terangsang mungkin karena suasana, permainanku dengan Wirda barusan dan sentuhan sentuhan lidah Irene yang pasti sesekali menyentuhnya dengan batang kemaluanku didalam vaginanya. Karena kami sudah sangat dekat dan kenal kebiasaan satu dengan lain, kode yang diberikannya segera kupahami, ia mulai mengayunkan pinggulnya dengan irama nya yang khas dan kami bersama sama mendaki menggapai puncak dan akhirnya
”aku keluar……pa…aku keluar……….aahh…” dan beberapa saat kemudian aku menyusul ”ssshh…ya…ya….ahh…namun tiba tiba Anita melepaskan batang kemaluanku dari vaginanya dan tanpa diduga digantikan oleh mulut Irene.
Aku yang sudah sampai dipenghujung tak perduli lagi dan ”Sssshhh… crrrt…..air maniku menyembur dalam mulut wanita istri Herman itu.
Dengan mulutnya disedotnya semua yang kukeluarkan dan kemaluanku baru dilepaskan setelah mengerut kecil.
Tidak lama aku dapat bersantai, Irene yang wajahnya nampak sekali masih sangat bernafsu sudah mulai lagi dengan serangannya, lidahnya menjilatiku dari atas hingga kebawah, bahkan satau persatu jari tangan ku di emutnya dengan mulutnya, dan mau tidak mau batang kemaluanku menjadi tegang dan keras kembali.
Kami sedang dalam posisi 69, tubuhku diatas tubuh Irene dan wajahku terbenam dalam vaginanya, dengan lidahku yang berusaha mencapai sudut sudut yang terdalam, sementara kembali batang kemaluanku sudah dalam mulut Irene ketika tiba tiba kurasa ada tubuh lain yang menempel dipunggungku dan sepasang buah dada yang kenyal dan besar menempel di punggungku, Cintya juga ikutan rupanya.
Kuminta Irene menungging, dan dengan posisi doggy style kumasukan kemaluanku dalam vaginanya. Sambil mengayunkan pinggulku Cintya yang berada disampingku menyorkan buah dadanya kemulutku yang segera kusambut dan kusedot sedot, konsentrasi ku kembali agak terganggu karena dalam posisi berlutut dan kemaluanku terbenam dalam vagina Irene, ada yang menerobos dibawahku dan Wirda sudah menjilati bijiku, anusku, dan kembali ke bijiku, wah……….kalau begini aku tak kan bisa lama pikirku, kupercepat dan dengan keras kuhantam vagina Irene dengan ayunan yang cepat, untunglah Irene segera naik dibegitukan dan akhirnya …hampir bersamaan aku kembali keluar….sedetik kemudian Irene pun berteriak …”ahh….keluar…keluar…..sssshhh…tubuhnya mengejang sejenak terus melemas dan kemaluanku pun lepas yang rupanya hanya pindah ke mulut Wirda.
Cintya yang masih belum ’kebagian’ nampak agak kecewa, namun kutarik tubuhnya…kucium bibirnya dan kubisikan untuk sedikit bersabar…, ’habis ini ya…?’ yang dijawab dengan kecupan di bibirku.
Kami kembali bersantai semua tetap telanjang bulat dan kusempatkan untuk menyiram tubuhku dengan air dingin yang segar,… aku tak tahu berapa lama pertempuran akan berlangsung namun yang kurasakan adalah rasa lelah dan mengantuk yang mulai menyerang, hanya mengingat janjiku pada Cintya lagi pula dengan bentuk badannya yang sangat montok, Cintya seakan menjanjikan kenikmatan tersendiri.
Hampir satu jam kami bersantai, istriku dan Irene saling ngobrol cekikikan, entah apa yang dibicarakan, sementara Cintya berada dipelukanku, tanganku tak henti hentinya memainkan buah dada yang besar itu, terbesar dibanding semua wanita yang ada disini.
Wirda yang mungkin kelelahan nampak meringkuk tertidur di sofa dengan tubuh telanjang. Aku berdiri mengambil selimut dan menutupi tubuh istri temanku itu lalu , kubisikan sesuatu pada Cintya dan kami naik keatas tempat tidur, diikuti pandangan mata Irene dan istriku.
Aku dan Cintya mengambil posisi 69, dengan dia diatasku, mulutnya segera memainkan batang kemaluanku dan sebentar saja akupun sudah bangkit lagi, sementara vaginanya yang kujilat dan kusedot sedot itu, klitorisnya yang kumainkan dengan lidahku membuatnya banjir dengan lendir, dan tak lama kemudian ia sudah menunggangiku dan bergerak dengan liarnya, buah dada yang extra besar itu berayun ayun yang segera kutangkap dan kupilin pilin putingnya, sesekali direndahkan dadanya untuk di hisap dan disedot olehku. Cintya tak tahan terlalu lama dengan satu gerakan yang sangat keras ditanamkannya batang kemaluanku sedalam dalamnya dan ia meracau tak keruan lalu mendesah dan ambruk di dadaku.
Masih kubiarkan sebentar ia diatasku lalu kurebahkan ia kesamping dan kucium bibirnya, matanya tampak mengantuk dan wajahnya nampak puas. Cintya memang tak terlalu cantik namun wajahnya manis mencerminkan hatinya yang baik.
Baru saja mau bangkit, istriku sudah menahan dadaku agar tetap rebah dan kini mulutnya bermain, seakan ingin ’pamer’ pada yang lain ia menghisap dan menjilati batangku, pinggulku diganjalnya dengan bantal dan kakiku diangakat keatas lalu lidahnya menembus anusku, sesekali diputarnya lidahnya dalam anusku dan kembali batangku masuk kedalam mulutnya, istriku tahu sekali kelemahanku dan untuk ketiga kalinya malam ini aku ejakulasi hanya dalam waktu beberapa jam. Pas saat aku keluar Irene juga sudah didekat kami dan ikut mencicipi lagi air maniku.
Kali ini aku ’habis’ dan tanpa dapat ditahan sekejab kemudian aku sudah lelap.
Mataku masih terasa sangat berat untuk dibuka, namun suatu perasaan aneh menjalariku, rasa hangat dan nikmat di selangkanganku mulai menyerang, aku masih terpejam …, entah siapa yang memainkan mulutnya di batang kemaluanku yang dengan cepat sudah kembali menegang, dan sejujurnya.., aku tidak peduli. Namun rasa tidak peduli itu berubah ketika sebuah mulut hangat lainnya menelusuri dadaku, mengemut puting dadaku dan naik keatas lalu mencium mulutku, lidah kami bertautan dan saling mengisi rongga mulut masing-masing, tanganku bergerak memeluk tubuhnya dan ketika akhirnya kubuka mataku, kulihat Wirda yang menciumku dengan hangatnya dan entah siapa yang masih asyik dengan mulutnya di batang kemaluanku, aku belum tahu.
Wirda bergerak menurun dan kini kedua wanita itu seakan memperebutkan batang kemaluan yang kumiliki, mereka bergantian menghisap dan menjilatku, bila yang satu menghisap dan memasukan batang kemaluanku dalam mulutnya maka yang lain menjilati bijiku dan sebaliknya, aku mengangkat kepalaku ternyata wanita satunya adalah Irene.
Gerakan mereka terhenti sebentar, Wirda mengambil posisi dan setengah berjongkok ia mengarahkan batang kemaluanku menembus vaginanya sementara Irene menggenggam bijiku, dan setelah terbenam seluruhnya Wirda mulai bergoyang rodeo, seakan dia cowboy dan aku kudanya, buah dadanya berayun ayun, aku masih belum sempat ’menyelaraskan’ irama gerakan ku ketika entah dari mana Irene ’menduduki’ wajahku dan menyodorkan vaginaku yang kujilat dan kusedot sedot, tanganku melupakan buah dada Wirda dan memegang pantat Irene, dengan jariku ’kubelah’ vaginanya dan lidahku masuk sedalam mungkin sesekali kusedot dan kuemut emut klitorisnya.
Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.
Baca cerita sex cewek berjilbab di –> cerisex.net
Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.
Dengan tangan berpegangan pada bahu Irene yang juga bergerak dengan liarnya diatas wajahku, akhirnya Wirda dengan setengah menjerit disertai nafas yang memburu keras berteriak
”Ahhs….ss….st…god ..keluar,,….ahhhh”, disusul Irene yang akhirnya juga mencapai puncaknya.
Aku yang tak tahan lagi akhirnya ’meledak’ dengan dahsyatnya…
”ahhh..st………aaahhh……, namun aku tidak bisa memeluk siapapun dan hanya bisa meremas buah dada Irene yang masih ’menduduki’ wajahku dan menyemburkan seluruh sisa persediaan air maniku dalam vagina Wirda.
Bertiga akhirnya kami terkulai dan rasanya semua itu bagiku seperti mimpi karena kejab berikutnya aku sudah kembali terlelap dengan wajah penuh lendir Irene dan kemaluan yang menciut namun masih ’basah kuyup’
Cahaya silau menerpa mataku, ternyata hari sudah terang, entah siapa yang menutupi tubuhnku dengan selimut, karena aku sudah terbungkus dalam selimut, walau masih tetap telanjang, ketika kulirik ternyata aku sendirian, lalu kemana emapat wanit yang semalam menemaniku ?, Aku bangkit dari tempat tidur dan seperti biasa, batangku juga ikut ’bangun’ dengan menguap lebar aku melangkah mengambil air minum, lalu kekamar mandi, ketika kubuka pintunya
”Aw..” sebuah teriakan kecil mengejutkan ku, ternyata Cintya sedang berendam di bathtub, dengan busa dan gelembung sabun menutupi tubuhnya,
”Pagi…” kataku, ”yang lain nya kemana?” tanyaku sambil melangkah ke toilet dan sambil menunggu jawabannya aku membuang air seniku ditoilet, wah..banyak sekali pagi ini, mungkin karena habis terforsir semalaman.
”Lagi pada jalan.., katanya sih mau cari oleh-oleh” jawabnya,
”Ok..ya udah santai aja Cyn.., kataku..sambil melangkah ke washtafel, mengambil sikat gigi dan menggosok gigiku.
”Ikutan ya ?” pintaku menghampiri bathtub, dan dengan segera Cynthia memberika ruang bagiku dihadapannya, dan kamipun berendam bersama, namun karena tidak cukup lebar maka posisi kami berhadapan.
Kakiku yang satu menumpangi pahanya dan kaki satunya ditumpangi oleh kaki Cinthya dan isengnya…jari jari kakinya menyentuh batang kemaluanku.
” Mas ..” kata Cynthia lembut
”Hmmm..”jawabku sambil tetap memejamkan mata menikmati hangatnya air sabun dan sntuhan kakinya di kemaluanku.
”Aaaah…males ih.., mau diajak ngobrol malah merem..”katanya manja
Ia bangkit, menarik tanganku dan kamipun berdiri, tanpa menggunakan aba aba kami sudah berpelukan dengan tubuh licin karena busa sabun, seperti ikan belut ia menggelinjang dan menggeserkan tubuh dan buah dadanya yang besar merangsang itu ditubuhku, kemaluanku yang tegang bertambah keras rasanya.
Kunyalakan air dan memancur melalui deuce yang digantung dan sambil berpelukankami membersihkan busa sabun yang memenuhi tubuh kami.
Sambil berpelukan dan berciuman, tanpa mengeringkan tubuh kami menuju ranjang dan langsung bergumul. Kali ini tanpa ada yang ’mengganggu’, kunikmati betul buah dada yang besar itu, kuremas, kuhisap putingnya, kusedot dan kumainkan sepuas mungkin sementara Cynthia juga tidak tinggal diam, tangannya memainkan dan meremas kemaluanku.
Dengan posisi diatas aku leluasa mengatur permainan, kini dengan lidah menelusuri tubuhnya terus kebawah aku sampai di vaginanya. Saat terang begini terlihat kalau vaginanya masih bagus, sedikit direkahkan nampak kemerahan dengan kebasahan yang mengundang selera, dan Cintya memang berkulit halus, tidak terlalu putih namun juga tidak gelap, puting susunya merah kecoklatan, dan klitorisnya masih sangat ’layak’ dijilat.
Aku tidak mau tanggung, kuganjal pinggulnya dan kuangkat kakinya sehingga aku semakin leluasa mengembara di vaginanya, sesekali kuberi ’perjalanan keliling dunia’ ketika lidahku menyapu anusnya, lalu tanpa memberi kesempatan lagi aku bangkit dan meletakan kakinya di pundakku, dan batang kemaluanku sudah terarah ke vaginanya.
”Mmm…kemulut dulu…” protesnya
”ssshh…udah nggak tahan nih…” kataku
Memang siapa yang akan tahan lama pagi pagi bersetubuh, itu hukum alam, kalau pagi, setelah bangun tidur, sperma sudah diperoduksi maksimum pasti tidak akan bertahan lama, apalagi wanita yang kuhadapi ini memiliki mulut yang sedemikian nikmatnya.
”Blessss..” kemaluanku langsung kutanamkan sedalam mungkin hingga matanya agak terbeliak saat vaginanya dimasuki langsung begitu, lalu pantatku mulai mengayun dengan irama yang teratur.,
Kini dapat kurasakan benar bagaimana nikmatnya vagina Cinthya, legit dan enak.
Kurendahkan tubuhku sambil tetap bergoyang dengan irama yang teratur dan mulutku berhasil mencapai mulutnya dengan kakinya masih tetap dipundaku, vaginanya seakan menelan kemaluanku, dan posisi ini ternyata membuatnya sangat nikmat..
”ah..ah…,sssh…enak…aduh…enak….ah hh” racaunya tak henti henti, dan akhirnya
”cepet …cepet….mau keluar…” aku mengayunkan pinggulku semaksimal mungkin dan bersamaan kami mencapai puncak…
”sssh..ah.ssshh..hhh” entah usra dan lenguhan siapa yang paling keras.
Air maniku pun pagi ini sudah menyiram rahim dan vagina Cynthia. Ejakulasi yang pertama pagi ini.
Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa sisa getaran kenikmatan, sebelum terkulai.
”Mas…, kalau Mas Andi ada…pasti langsung di masukin lagi nih, dia paling senang kalau habis dipakai begini langsung masuk” katanya menceritakan suaminya
”Iya..” jawabku, ”Memang enak kok…sloopy second” jawabku dan ia tersenyum, mencium bibirku lalu bangkit menuju kamar mandi membersihkan diri.
Aku juga bangkit, namun mengambil rokok dan menghisapnya penuh nikmat.
Cintya lalu kembali dan kami ngobrol macam macam hal. Masih tetap telanjang dan aku sungguh senang menatap buah dadanya yang besar itu, namun padat dan kencang menantang.
Agak lama kami menunggu hingga Anita dan lainnya kembali, dan saat mereka tiba
”Wah…..bugil bugilan” kata istriku menghampiriku dan mencium bibirku, aku tahu ia pasti mencium aroma vagina di wajahku karena dengan kerling nakal ia berkata..”Curang ya..udah start lagi” katanya. Aku hanya tersenyum.
Kami sarapan dikamar, dan wajah heran waitres yang mengantarkan makanan tak kuasa ia sembunyikan melihat 4 wanita, yang satu hanya menutupi tubuhnya dengan selimut saat masuk dan aku yang juga masih telanjang cuma menutupi ’barang’ ku dengan bantal.
Setelah kenyang, kami jalan jalan dipantai, wah…seperti raja dengan 4 permaisuri saja rasanya aku hari itu, sampai lupa memberi laporan sama suami suami yang tertahan dengan pekerjaan.
”Hallo…, Hey..gimana…” suara Sonny memasuki gendang telingaku saat Wirda memberikan HP nya padaku ketika suaminya menelpon ”Man…your wife …lezat bener rasanya..” kataku , ”Sialan…., enak ya loe…gila…semua digilir..? tanyanya.
”Bukan ..mereka yang menggilirku” jawabku sekenanya.
”Nih..Andi mau ngomong” katanya
”Hey,..thank’s ya…pagi pagi Cintya udah sarapan tuh…sarapan rohani…eh…susunya itu..aduh…nggak bosen deh ” kataku sambil tertawa.
”Diancuk….” Andi yang berasal dari Jawa Timur memaki dengan logatnya yang khas dan kepada Herman pun aku sempat mengucapkan salam dan berkata ”Man..Irene mulutnya luar biasa ya… thank’s ya sering sering aja kalian lembur begini ha..ha…”.
Suara tawa terdengar di ujung sebelah sana, memang begitulah pujian tentang bagaimana nikmatnya rasa istri dari teman yang mencobanya adalah nilai yang sangat ditunggu, karena memberikan kebanggan.
Siang itu, karena hari masih panjang, kami bersantai dan saat Irene dengan Cintya berenang, aku ’ditangkap’ oleh Wirda, awalnya aku disuruh telungkup, lalu punggungku dijilati dari leher samapi pantat, di belahnya pantatku dan lidahnya menari nari disitu, aku kali ini tidak diberi kesempatan menjilatinya karena saat berbalik, ia langsung berada diatasku dan membenamkan batang kemaluanku dalam vaginanya, cukup lama kami bersetubuh, karena tadi sudah keluar di vagina Cynthia aku jadi agak lama, istriku kali ini hanya menonton, asli menonton memperhatikan setiap gerakan kami, mengamati saat aku dihisap, dijilat dan sebaliknya, dan rupanya ia menunggu, karena setelah Wirda mencapai puncaknya terkulai dan lepas dari tubuhku, kemaluanku sudah memasuki vaginanya, aku masih tetap dalam posisi dibawah. Hingga kami sama sama mencapai nirwana.
Pas saat aku melepaskan kemaluanku dari vagina istriku, Irene dan Cynthia masuk, mereka tersenyum dan Irene menghampiriku lalu ’membersihkan’ punyaku dengan lidahnya ”Pemanasan’ katanya..ketika aku memandangnya. ”Habis ini ya”
Setelah beristirahat sebentar, Irene berusaha keras membangunkanku yang lalu menuntaskan hasratnya dengan liarnya, kali ini ketiga wanita yang lain menjadi penonton,.. hingga……. menjelang kami mencapai puncak, Irene mencapai tujuannya beberapa saat lebih dahulu, dan ampun………….saat aku keluar seperti sudah berjanji Irene melepaskan kemaluanku dan ketiga mulut yang selalu ’haus’ itu menjilati dan menghisap air mani yang keluar sampai ngilu aku dibuatnya.
Kami masih bersantai hingga sekitar Pk. 15.00, dan sesaat sebelum berkemas mereka gantian kembali menjilat dan menghisap batang kemaluanku, namun hanya istriku yang menerima air maniku karena aku mengeluarkannya dalam-dalam di mulutnya, …namanya juga etika suami istri…. lalu kami pun siap untuk pulang ke Jakarta,
Hampir sepanjang perjalanan pulang semua tertidur karena lelah dan ini adalah perjalanan terberat yang kulakukan, mataku benar benar berjuang untuk tetap terbuka dan menjaga konsntrasi pada jalan raya.
Perlu waktu hampir tiga hari bagiku untuk memulihkan kondisi, bahkan dua hari pertama setelah pulang punyaku sama sekali tidak bangkit walau pagi hari sekalipun, terlalu diforsir rupanya, namun pengalaman tersebut adalah salah satu yang sangat mengesankan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 - Mejapoker88